siaranrakyat, MAKASSAR – Masyarakat Makassar banyak yang bertanya-tanya mengenai kondisi survei pasangan calon Wali Kota dan Wail Wali Kota Makassar nomor urut 2 Andi Seto Asapa-Rezki Mulfiati Lutfi (Sehati).
Sebab selama ini, paslon ini belum pernah menggaungkan survei internal mereka. Masyarakat hanya tahu, tren survei Sehati terus melejit.
Pada awal masuknya Seto ke Makassar, surveinya hanya 2 persen. kemudian naik ke angka tujuh persen, dan kini pasangan Sehati nyaris menyentuh angka 20 persen.
Dewan Penasihat tim Sehati Muhammad Surya menegaskan, masyarakat Makasar tidak perlu tahu secara gamblang mengenai survei Sehati. Dia hanya menegaskan, tren kenaikan Seto dan Kiki yang melejit, menjadi modal besar menuju Balaikota Makassar.
“Kenapa tim tidak merilis hasil survei, karena ini bagian dari strategi kami. Kata kuncinya cuma satu, kalau angka survei yang beredar itu benar, maka tim sudah berhenti bekerja,” ujarnya sembari berkelakar, Kamis (31/10/2024).
Lebih lanjut pria yang akrab disapa Om Cuya itu juga menitip pesan kepada kandidatnya agar tetap masif melakukan sosialisasi, bertemu masyarakat, dan mendengar langsung seperti apa keluhan dan permasalahan yang ada di bawah. Kata dia, itu jauh lebih baik dibandingkan harus mengumbar hasil survei.
“Pesan saya untuk Seto dan Kiki cuma satu, memperbanyak sosialisasi jauh lebih baik dibandingkan harus mengumbar-umbar hasil survei,” pesannya.
Juru bicara Tim Sehati Iwan garuda menegaskan, pihaknya memang tidak mau mengumbar survei karena itu sifatnya rahasia. Pada intinya, survei Sehati sudah mendekati MULIA dengan selisih yang sangat tipis
“Intinya, posisi Sehati di survei internal sudah menguntit MULIA, sudah di belakangnya dan sangat dekat. Kalau survei yang beredar itu sama dengan survei internal kami, ya untuk apa lagi buang-buang duit, berhenti bekerja saja. Tetapi ini kan tidak, kami tetap tancap gas karena kami punya pegangan sendiri,” tuturnya.
Namun begitu, dia menegaskan tidak mau mengomentari apalagi mengoreksi survei yang sudah beredar. Dia menilai, semua survei sah-sah saja dilakukan, sekalipun hasilnya berbeda.
“Kami tidak katakan bahwa survei mereka salah, itu sah-sah saja. Kami ini tidak menanggapi survei mereka karena mereka berhak bermimpi punya survei setinggi-tingginya. Saya sampaikan, survei itu boleh salah, yang dilarang itu berbohong,” tegasnya.
Iwan juga memberi catatan, dalam kontesatasi, khususnya pada 27 November mendatang, hal yang akan diumumkan bukan lagihasil survei, tetapi hasil pemungutan suara. Sehingga, mereka tidak akan goyah dngan berbagai metode dan hasil survei yang beredar.
Poin intinya, pandangan mereka mengenai survei yang beredar biasa saja. Sebab, survei mereka tidak mempengaruhi pemilih melainkan untuk memaksimalkan kinerja tim.
Bahkan kaa dia, di tim Sehati saja survei internal tidak diumumkan secara terbuka. Itu hanya menjadi konsumsi pihak terbatas, khususnya para pembuat strategi dan kebijakan di dalam tim.
“Masyarakat Makassar sudah membuktikan bahwa mereka tidak terpengaruh survei. Tahun 2018 dan 2020 ada kandidat yang surveinya tinggi tetapi tidak finish (sebagai pemenang. Pengaruh survei itu kecil, hanya potret yang terjadi hari ini, bukan hari H,” ungkapnya.
Dia juga menegaskan, Tim Sehati akan tetap mengeluarkan survei, tetapi akan dilakukan ketika sudah mendekati hari pemilihan. “Mungkin nanti H-3. Tidak usah tahu hasil survei Sehati, cukup lihat trennya saja. Artinya, kalau survei ini benar, berarti tren kenaikan Sehati juga benar,” imbuhnya.
Dia juga menilai, masih ada waktu sekitar 27 hari menuju pemiliha. Waktu ini akan dimaksimalkan. Sebab, banyak hal yang masih bisa terjadi dan potensi perubahan suara pun cukup besar.
“Banyak yang bisa mempengaruhi perubahan, sehingga masih banyak hal yang masih bisa terjadi. Tim Sehati itu seperti penumpang pesawat. Mereka tidak perlu tahu siapa pilotnya, siapa co pilotnya, mereka tinggal duduk, ikut, dan tiba di tujuan,” tutupnya. (*)