JAKARTA, siaranrakyat – Nilai tukar rupiah hari ini, Selasa (21/11) berpotensi semakin menguat seiring dengan meredanya sentimen suku bunga The Fed.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai dalam jangka pendek, pasar terfokus pada risalah pertemuan The Fed pada akhir bulan Oktober. Bank Sentral AS diperkirakan mempertahankan suku bunganya tetap stabil dan memberi isyarat bahwa The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
“Adapun volume perdagangan pasar mata uang diperkirakan agak terbatas pada minggu ini, karena ada libur Thanksgiving di AS,” kata Ibrahim dalam risetnya.
Sentimen mancanegara lainnya, kata Ibrahim, adalah langkah Bank sentral China mempertahankan suku bunga acuan pinjaman pada rekor terendah, sebagai upaya untuk mendorong pemulihan ekonomi lokal. Bank tersebut juga menyuntikkan sekitar 80 miliar yuan likuiditas ke dalam perekonomian, sebagian besar mempertahankan laju suntikan dana tunai untuk mendukung pertumbuhan.
Para pejabat pemerintah China juga berjanji akan memberikan lebih banyak dukungan kebijakan bagi sektor properti yang terkepung di negara tersebut. Adapun dari dalam negeri, pelaku pasar dinilai optimistis terhadap proyeksi tingkat konsumsi masyarakat Indonesia pada 2024 tetap menunjukkan tren yang tinggi, didorong oleh perhelatan pemilu yang memicu kegiatan ekonomi.
“Pelaksanaan pemilu akan menggerakkan perekonomian dengan memicu belanja domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2024 tetap berkisar antara 5-6 persen karena daya beli masyarakat yang masih kuat,” kata Ibrahim.
Sebelumnya, konsumsi masyarakat pada kuartal III 2023 tetap stabil, tercermin dari kondisi pasokan dari sektor manufaktur yang terus berada di zona ekspansif dengan indeks manufaktur (PMI) di atas 50 persen.
Untuk perdagangan hari ini, Selasa (21/11), Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup menguat di kisaran Rp15.400- Rp15.510 per dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, Senin (20/11), rupiah ditutup menguat 0,31% atau 47,50 poin ke level Rp15.445 per dolar AS. Hingga pukul 15.15 WIB, hampir seluruh mata uang Asia juga melaju dengan perkasa.
Tercatat, yen Jepang menguat 0,49%, dolar Taiwan menguat 0,57%, won Korea Selatan menguat 0,37%, yuan China menguat 0,55%, dan ringgit Malaysia menguat 0,24%. Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap mata uang utama global tampak melemah 0,26% atau 0,27 poin ke 103,66.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan rupiah cenderung menguat setelah dibuka di level Rp15.404 per dolar AS. Kondisi ini melanjutkan kenaikan pekan lalu, di mana rupiah terapresiasi 1,30% selama sepekan didukung oleh data inflasi AS yang tercatat lebih rendah dari perkiraan sehingga membawa optimisme terhadap kebijakan moneter The Fed.
?Di sisi lain dolar AS hari ini melanjutkan pelemahannya pasca pernyataan beberapa pejabat The Fed yaitu Michael Barr dan Susan Collins,? kata Josua kepada Bisnis, Senin (20/11).
Pejabat The Fed Susan Collins berpendapat bahwa peningkatan pada partisipasi angkatan kerja AS akan mendukung penurunan inflasi, tanpa mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sementara itu, Michael Barr menyatakan Fed Funds Rate sudah mendekati level puncak seiring dengan meredanya inflasi.
Pernyataannya memberikan sinyal kuat mengenai arah kebijakan moneter The Fed. Josua menjelaskan dolar AS sepanjang pekan lalu melemah 1,84% terhadap mata uang global setelah tingkat inflasi AS tercatat lebih lambat dari perkiraan. Data inflasi juga diikuti oleh melemahnya berbagai indikator perekonomian AS, sehingga memperdalam depresiasi dolar AS. (wol/bisnis/ari/d1)