JAKARTA, siaranrakyat – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini, Senin (28/8) berisiko melanjutkan pelemahan disebabkan oleh adanya beberapa sentimen, baik lokal maupun mancanegara.
Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih menyebutkan Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan mata uang rupiah kembali melemah. Secara domestik, walaupun neraca dagang Indonesia masih mengalami surplus selama 39 beruntun hingga periode Juli 2023, namun surplus telah menyusut jika dibandingkan dengan tahun 2022.
Turunnya surplus neraca dagang tersebut disebabkan PMI manufaktur negara maju yang masih di level kontraksi, lesunya ekonomi China sebagai mitra dagang terbesar non migas Indonesia dan normalisasi harga jual komoditas non migas, seperti batu bara, nikel, CPO, besi dan baja. Adapun neraca pembayaran pada kuartal II/2023 mengalami defisit US$7,4 miliar, setelah 2 kuartal sebelumnya masih tercatat surplus. Kondisi ini berpotensi menurunkan cadangan devisa sebagai penopang stabilitas nilai tukar rupiah.
Sementara itu, kondisi eksternal juga memicu melemah nilai tukar rupiah, seperti beberapa Bank Sentral di Kawasan Eropa, Inggris dan Amerika Serikat (AS) diproyeksikan masih menetapkan suku bunga tinggi hingga akhir tahun 2023.
Kondisi terbaru, pelaku pasar mencermati pernyataan ketua The Fed, Jerome Powell dalam forum Jackson Hole Symposium pada 26 Agustus masih berada hawkish dengan sinyal kenaikan suku bunga pada FOMC September mendatang. Nada tersebut jadi sentimen negatif untuk rupiah karena spread suku bunga BI dan The Fed berpotensi 0 persen.
Nilai tukar rupiah yang mengacu pada kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) per penutupan Jumat (25/8) berada di level Rp15.297 per dolar AS atau terdepresiasi 1,19 persen sejak awal Agustus 2023. Jika dibandingkan dengan penguatan tertinggi pada Mei 2023 sebesar Rp14.632 per dolar AS, maka mata uang rupiah telah terdepresiasi 4,54 persen.
Seiring melemahnya mata uang Garuda, mayoritas mata uang lain di kawasan Asia juga terpantau melemah pada perdagangan pekan kemarin. Misalnya seperti yen Jepang yang ditutup melemah 0,14 persen ke 146,04. Kemudian ada won Korea yang nilai tukarnya terhadap dolar AS menurun sekitar 0,22 persen, baht Thaild yang turun 0,4 persen, ringgit Malaysia turun 0,04 persen, yuan China turun 0,13 persen.
Selanjutnya adalah dolar Taiwan yang turun 0,16 persen, dolar Hongkong yang melemah 0,01 persen, dan rupee India yang anjlok 0,13 persen. Sebaliknya, dua jenis mata uang yang berhasil ditutup menguat pada hari ini adalah dolar Singapura yang mencatat kenaikan sebesar 0,01 persen serta peso Filipina yang mencatat penguatan sebesar 0,35 persen. (wol/bisnis/ari/d1)