JAKARTA, siaranrakyat – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berisiko alami pelemahan hingga ke posisi Rp15.890 menjelang pertemuan The Fed. Rupiah ditutup menguat tipis ke level Rp15.825 per dolar AS pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (26/1) jelang pertemuan The Fed pekan ini.
Sementara itu, mata uang Asia terpantau bervariasi, sedangkan dolar AS menguat sore ini. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat tipis 0,01% atau 1,0 poin ke level Rp15.825 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,10% ke posisi 103,67 pada sore ini.
Diketahui, berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup menguat tipis 0,01% atau 1,0 poin ke level Rp15.825 per dolar AS. Sementara itu, indeks mata uang Negeri Paman Sam terpantau menguat 0,10% ke posisi 103,67 pada sore ini.
Sederet mata uang kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS, misalnya dolar Hongkong naik 0,05%, dolar Taiwan menguat 0,03%, peso Filipina menguat 0,39%, ringit Malaysia naik 0,11%, dan baht Thailand menguat 0,21%.
Sementara itu, mata uang Asia yang melemah terhadap dolar AS yakni yen Jepang turun 0,12%, dolar Singapura turun 0,08%, won Korea turun 0,02%, dan yuan China melemah 0,09%.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar sekarang menunggu isyarat baru mengenai kebijakan moneter AS, dimulai dengan data indeks harga PCE, yang akan dirilis pada Jumat, (26/1) karena data produk domestik bruto (PDB) kuartal IV/2023 tumbuh lebih dari yang diharapkan.
“The Fed akan mengadakan pertemuan minggu depan dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya. Pasar juga memperkirakan bank sentral akan menahan diri pada pertemuan Maret 2024, membalikkan ekspektasi sebelumnya untuk penurunan suku bunga 25 basis poin,” ujar Ibrahim dalam risetnya, dikutip pada Jumat (26/1).
Di lain sisi, Bank Rakyat China secara tak terduga memangkas rasio persyaratan cadangan untuk bank-bank lokal, yang diperkirakan akan mengeluarkan hampir US$140 miliar likuiditas ke dalam perekonomian. Kendati demikian, menurutnya para analis masih mempertanyakan seberapa besar dukungan ekonomi yang akan diberikan melalui stimulus moneter, mengingat China sedang bergulat dengan perlambatan parah dalam belanja konsumen dan bisnis.
Lebih lanjut dia mengatakan, ekonomi global terus bergolak akibat memanasnya tensi politik baik di Timur Tengah maupun Eropa. Namun, di dalam negeri, momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 bisa berdapak positif terhadap pertumbuhan ekonomi atau PDB Indonesia.
Hal tersebut ditopang oleh stabilitas politik terjaga dengan baik. Selain itu, uang beredar dalam arti luas (M2) juga akan tumbuh di momen Pemilu. Data dari Bank Indonesia (BI) per Desember 2023 meningkat menjad Rp8.824,7 triliun, tumbuh 3,5% year-on-year (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 3,3% yoy.
“Untuk perdagangan Senin depan, mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp15.820?Rp15.890,” pungkasnya. (wol/bisnis/ari/d1)